K
E R J A
A. Arti
Kerja
Beberapa pendapat tentang
arti kerja yaitu:
- Dr. Franz Von Magnis: “ pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan untuk mencapai suatu tujuan”.
- Para pengamat psikologi berpendapat, “ semua aktifitas manusia itulah kerja dan kerja tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia”
- Pengamat psikologi kerja membedakan 2 kategori yaitu:
- Mereka yang bekerja semata-mata u/ mencari nafkah
- Meraka yang mepunyai motifasi bekerja hanya sekedar mencari tambahan penghasilan atau pemuasan non materil
Menurut hasil penelitian, kategori pertama yang banyak
dijalani orang-orang khususnya di Indonesia, keinginan untuk
mempertahankan hidup merupakan salah satu sebab yang terkuat mengapa orang
bekerja.
Kebutuhan-kebutuhan yang ada dapat dibagi menjadi:
- Kebutuhan fisiologis dasar; kebutuhan ini menyangkut kebutuhan fisik atau biologis seperti, makan, minum, tempat tinggal, dll
- Kebutuhan-kebutuhan sosial; manusia dikatakan makhluk sosial, memerlukan persahabatan dan tidak akan berbahagia kalau hidup sendiri
- Kebutuhan-kebutuhan egoistik
o
Prestasi ; Kebutuhan manusia
yang terkuat adalah untuk merasakan berprestasi, untuk merasakan bahwa ia melakukan sesuatu
bahwa pekerjaan itu penting.
o
Otonomi; Seseorang karyawan menginginkan adanya
kebebasan, menginginkan semacam kreatifitas & variasi di dalam menjalankan
pekerjaannya. Inisiatif & imajinasi
mencerminkan keinginan untuk independen, bebas menentukan apa yang diinginkan.
o
Pengetahuan; Keinginan akan
pengetahuan merupakan dorongan dasar dari setiap manusia. Ingin tau mengapa sesuatu itu terjadi, kenapa
bisa terjadi dan apa yang akan terjadi di masa yang akan dating, menjadi ahli
dalam suatu bidang kepuasan tersendiri bagi seseorang, ini merupakan salah satu
bentuk pemuasan kebutuhan egoistik
Arti Kerja Bagi Karyawan
Seorang yang
bekerja akan memperoleh upah. Besar
kecilnya upah tergantung dari keadaan atau jenis pekerjaannya. Tetapi ada seseorang yang bekerja dengan upah
tinggi namun tidak merasa puas. Karena
itu seorang pimpinan harus mengerti keinginan karyawan dan sifat
karyawannya. Keinginan-keinginan yang
diharapkan karyawan dari pekerjaannya adalah;
1. Gaji yang cukup
Dengan memperoleh gaji
yang cukup maka bisa untuk memenuhi kebutuhannya
2. Pekerjaan yang aman secara
ekonomis
Maksudnya adalah
pekerjaan yang dapat memberikan penghasilan yang tetap
3. Pengharapan terhadap
pekerjaan
Bisa diwujudkan dengan
memberi hadiah, pujian dan lain sebagainya.
4. Kesempatan untuk maju
Adanya promosi jabatan
karena tiap orang ingin maju dalam hidupnya
5. Pimpinan yang bijaksana
Pimpinan yang baik
menjamin pekerjaan bisa dipertahankan dan menjamin
Ketenangan bekerja
6. Rekan kerja yang kompak
Seorang karyawan yang
tidak ingin dipromosikan karena tidak ingin kehilangan rekan
Kerja yang kompak
7. Kondisi kerja yang aman,
nyaman dan menarik
B. Motivasi Kerja
Motivasi
bisa diartikan dorongan. Jadi motivasi
kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seseorang
menentukan besar kecilnya prestasi. Motivasi bekerja itu tidak hanya berwujud kebutuhan
ekonomis saja. Karena banyak juga orang
yang suka hati bekerja terus, sekalipun ia tidak memerlukan lagi benda-benda
materiil sedikitpun juga. Walaupun
keluarganya sudah terjamin, namun seorang dengan ikhlas meneruskan
pekerjaannya. Sebab ganjaran dari
bekerja yaitu nilai sosial, dalam bentuk penghargaan, respek, dan kekaguman
kawan-kawan terhadap dirinya.
Untuk
beberapa orang bekerja itu merupakan analisis bagi dorongan pemuas ego, melalui
kekuasaan dan aktivitas menguasai orang lain.
Hampir semua orang, kerja menyajikan persahabatan dan kehidupan
sosial. Dan pekerjaan merupakan sumber
utama bagi pencapaian status sosial seseorang.
Misalnya manusia tidak menyukai pekerjaan ini bukan berarti manusianya
yang tidak menyukai pekerjaan, akan tetapi oleh sifat dari pekerjaan itu
sendiri, bahkan ada buruh yang tidak mau dipensiunkan disebabkan rasa cintanya
terhadap teman, rasa terikat terhadap pekerjaan yang mereka senangi.
Sehingga
motif uang tidak selamanya menjadi motif primer, karena ada buruh yang mendapat
gaji yang tinggi di tempat yang baru, namun minta pekerjaan di tempat yang lama
walaupun gajinya lebih sedikit. Biasanya
buruh ini menyukai jenis pekerjaan tertentu.
Maka kebanggaan dan interes yang besar terhadap pekerjaan menjadi
insentif kuat untuk mencintai suatu pekerjaan.
C. Etos Kerja
Etos kerja adalah
suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau satu umat terhadap kerja. Kalau pandangan dan sikap itu, melihat kerja
sebagai suatu hal yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja itu akan
tinggi. Sebaliknya kalau melihat kerja
sebagai suatu hal tak berarti untuk kehidupan manusia, apalagi kalau sama
sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka etos kerja itu dengan
sendirinya rendah. Oleh sebab itu untuk
menimbulkan pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai sesuatu yang
luhur, diperlukan dorongan atau motivasi.
Sebagai contoh,
dikalangan jepang dulu, dorongan yang timbul adalah dari agama. Orang yang biasa bekerja keras dan
sungguh-sungguh dianggap akan memperoleh ganjaran yang tidak kalah mulianya
dari orang yang paham benar akan ketentuan-ketentuan agama. Karena orang pada
umumnya tidak hanya memikirkan kehidupannya sekarang, tetapi juga kehidupannya
setelah meninggal dunia.
Mitos Kerja
Dalam masyarakat
kita, masih dapat ditemukan pandangan negatif mengenai kerja, seperti:
- Pengertian kerja sebagai
sarana
Kerja hanya mempunyai
makna sejauh menghasilkan sesuatu.
Akibatnya kerjaannya
Sendiri tidak bernilai
positif, jika yang diinginkan sudah tercapai (lekas kaya, ambisi,
Gengsi, status sosial dll)
maka godaan untuk bermalas-malasan muncul.
Bahkan kalau
perlu mencuri waktu dan kurang sabar untuk menunggu
hari libur.
Sikap ini mempunyai latar
belakang, yakni pengabdian yang salah terhadap makna
kerja
- Pandangan kerja sebagai
nasib
Kerja dirasakan sebagai
kewajiban bawaan yang tidak dapat dipungkiri lagi. Tak
ubahnya pula kalau dalam
masyarakat kekaisaran Romawi pun muncul penggolongan
antara kelas budak dan
kelas tuan. Pandangan seperti ini
memberi legitimasi, kaum
budak memang mempunyai
kodrat untuk bekerja berat
D. Disiplin Dan Efisiensi Kerja
Disiplin dalam
kamus umum Bahasa Indonesia adalah:
- Latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatan selalu mentaati tata tertib.
- Ketaatan pada aturan dan tata tertib.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa disiplin adalah suatu sikap, perbuatan
untuk selalu mentaati tata tertib. Pada
pengertian disiplin juga tersimpul dua faktor yang penting, yaitu faktor waktu
dan kegiatan atau perbuatan.
Efisien dapat
diartikan sebagai cermat, tidak membuang-buang energi dan waktu, sedangkan
efisien adalah usaha untuk memberantas segala pemborosan bahan dan tenaga kerja
maupun gejala yang merugikan. Dalam
kamus administrasi perkantoran, oleh The Liang Gie, efisien disebutkan sebagai
perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasilnya. Efisiensi dalam pekerjaan adalah perbandingan
yang terbaik antara suatu kerja dengan hasil yang dicapai oleh kerja itu.
Beberapa faktor
yang dapat merupakan sebab apakah seseorang bekerja secara efisien atau tidak
adalah tergantung pada diri pribadi pekerja, organisasi tempat bekerja dan
perlengkapan kerja.
E. Kebutuhan Dan Insentif
Insentif yaitu
merupakan objektif yang mampu memberikan kepuasan terhadap kebutuhan, dorongan
atau keinginan seseorang khususnya kebutuhan vital biologis merupakan unsur
pembawaan, namun mayoritas dari kebutuhan –kebutuhan manusia itu diperolehnya dalam
proses interaksi sosial dan dari pengalaman hidup sehari-hari.
Kebutuhan sosial
ini yaitu: kebutuhan mendapatkan status, mendapatkan penghargaan dan
mendapatkan sekuritas emosional. Dan
kebutuhan dari pengalaman sehari-hari, dikatakan bahwa manusia menetapkan
kebutuhannya sesuai dengan waktu dan tempat dia berada.
Frustasi yang
diakibatkan oleh terhalangnya pemuasan suatu kebutuhan oleh terhalangnya
pemuasan suatu kebutuhan, tidak seluruhnya disebabkan oleh situasi objektif
dari individu, akan tetapi disebabkan oleh responden-responden rasional dan
emosionalnya. Jika kebutuhan-kebutuhan
psikologis terpuaskan, rasa puas ini selalu memberikan kebahagiaan. Misalnya:
-
Merasa puas karena mendapat
sekuritas emosional
-
Memperoleh status sosial yang
memberikan martabat diri
-
Ada relasi human
yang memuaskan antara kondisi perusahaan dan di rumah
-
Memiliki keahlian suatu bidang
dan mendapat apresiasi dari luar
Insentif untuk merangsang para pegawai agar lebih giat bekerja,
tergantung faktor usia, jenis kelamin, kelas sosial, dan bentuk kesulitan
khusus yang dihadapi para karyawan.
Unsur Insentif Dan
Disinsentif
Beberapa sistem sosial yang
dipakai unsur insentif dan disisentif di dunia industri dan perusahaan, yaitu:
1. Sistem status sebagai unsur insentif
Pada beberapa perusahaan
terdapat iklim yang diliputi kekuatan dan insekuritas yang
sangat mencekam yang
disebabkan adanya kepemimpinan yang sangat otoriter, sehi-
ngga mengakibatkan pola
tingkah laku panik pada buruh dan pegawai-pegawainya.
Suasana tegang sering
dikombinasikan dengan pola pengiklanan diri sendiri,
mengambil keuntungan dari
karyawan dan jasa orang lain, menggeserkan pada orang
lain bila gagal
melaksanakan tugas, bertingkah laku pura-pura, menampakkan bekerja
mati-matian padahal tidak
bekerja sama sekali.
2. Sistem komunikasi sebagai unsur insentif
Komunikasi antara
pimpinan dan bawahan sangat penting dalam suatu perusahaan.
Pengabaian faktor human
dalam perusahaan dan industri menjadikan gejala:
-
Tidak adanya prikemanusiaan,
sekaligus menunjukkan adanya inkompetensi yang
Besar di bidang teknis.
-
Komunikasi menjadi begitu
panjang, tidak efisien dan mengalami jalur penyim-
Pangan. Sehingga informasi dari bawah tidak sampai
pada pimpinan, akan me-
nyebabkan rasa tidak puas pada
bawahan.
-
Menyebabkan karyawan tidak percaya pada atasan.
-
Menimbulkan rasa acuh dan putus
asa pada karyawan, karena tidak adanya komunikasi dan informasi yang jelas
mengenai prestasi pegawai.
3. Sistem ganjaran dan hukum
sebagai insentif
Hukuman merupakan
insentif negativf sifatnya, jika insentif positif ini sifatnya men-
dorong seorang untuk
menempuh arah yang kita inginkan, maka insentif negatif
berupa hukuman diharapkan
dapat mencegah seorang menempuh jalan sesat.
Sedang
kan ganjaran itu secara jelas menuntut
seseorang untuk melakukan aktivitas baik yang
kita kehendaki, maka
hukuman itu tidak menentukan sifatnya, dan tidak pernah bisa
melaksanakan kontrol secara
komplit. Hukuman itu sifatnya
menakut-nakuti,
menumbuhkan rasa segan.
4. Spesifikasi dari tugas dan
persyaratannya sebagai insentif
Setiap buruh dan karyawan
harus mengetahui tugas-tugasnya, juga kaitan pekerjaan
sendiri dan tugas-tugas
orang lai, seyogyanya setiap orang diberikan areal kerja
tertentu, dimana dia dengan
bebas untuk menggunakan inisiatif dan intentivitas untuk
mengembangkan kemampuan
pribadi dan pekerjaannya.
F. Semangat Dan Kegairahan Kerja
Yang dimaksud
dengan semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga
pekerjaan cepat selesai dan lebih baik serta ongkos per unit dapat diperkecil. Sedangkan kegairahan kerja adalah kesenangan
terhadap pekerjaan tersebut. Kegairahan
bekerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap semangat kerja.
Jadi apabila pimpinan mampu meningkatkan semangat
kerja dan kegairahan kerja maka perusahaan tersebut dapat memperoleh keuntungan
yang diharapkan.
G. Kepuasasan Kerja
Dari berbagai
penyelidikan, ada beberapa definisi kepuasan kerja yang dapat kita bahas di
sini antara lain:
- Kepuasan kerja merupakan penilaian dari pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya. (Robert Hoppecl New Hope Pensyvania)
- Kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerja sama antara pimpinan dan sesama karyawan. (Tiffin).
- Kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu di luar kerja. (Blum)
- Kepuasan kerja pada dasarnya adalah “security feeling”/ rasa aman dan mempunyai segi-segi:
-
Kesempatan untuk maju
- Kesempatan mendapatkan penghargaan
- Berhubungan dengan masalah pengawasan
- Berhubungan dengan pergaulan antar karyawan
dengan karyawan dan
Antara karyawan dengan atasannya.
Brown (1978),
memberikan contoh-contoh yang dilihatnya di beberapa pabrik di London.
Pada suatu ketika yang tidak bersamaan, ada 3 orang pekerja pabrik yang
secara kebetulan masing-masing memenangkan hadiah yang sangat besar dari
totalisator sepakbola.
Walaupun uang
hadiah yang di dapat mereka itu sangat besar jumlahnya, sehingga kalau
diinvestasikan uang itu akan dapat menjamin biaya hidup mereka bersama
keluarganya secara berkecukupan selama sisa hidup mereka, namun akhirnya mereka
kembali kepada pekerjaan mereka di pabrik yang serba rutin itu.
Menimbulkan
motivasi agar dicapai kepuasan kerja
bagi para karyawan adalah merupakan suatu keharusan bagi setiap manajer. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang
bersifat individual. Setiap
individu akan memiliki tingkat kepuasan
yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada
dirinya. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan pada masing-masing individu.
Semakin banyak
aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu
tersebut, maka semakin tinggi tingkat
kepuasan yang dirasakannya. Sedangkan
menurut Anthony (1977), ada faktor-faktor internal yang mempengaruhi kepuasan
kerja, yaitu:
- Kita harus menyukai pekerjaan kita
Pekerjaan apapun yang kita pegang, kita harus
menyukainya agar tercapainya job satisfaction.
Bila kita menyukai pekerjaan kita, maka kita akan melakukan pekerjaan
dengan hati riang, tekun mantap dan bersemangat. Maka suasana yang mengitari pekerjaan kita
bukanlah suasana yang murung, pengap, menghimpit, melainkan suasana yang lapang
dan ceria.
- Kita harus berorientsi mencapai prestasi yang tinggi. Kalau dapat setinggi
mungkin, dengan patokan “ the sky is the limit”
Kita akan senang dalam pekerjaan dan mencapai kepuasan
kerja jika kita merasa puas dengan hasil yang kita capai. Dan ini hanya mungkin jika hasil pekerjaan
kita mempunyai mutu yang tinggi.
Sedangkan hasil kerja yang bermutu tinggi hanya mungkin dicapai jika
kita bertekad mencapai prestasi yang setinggi mungkin.
- Kita harus mempunyai sikap positif dalam menghadapi kesulitan.
Kesulitan-kesulitan yang kita hadapi hendaknya tidak
dipandang sebagai sesuatu yang menjengkelkan atau dengan sikap pesimis. Apa pun kesulitan yang kita hadapi dan betapa
besarnya kesulitan itu. Seyogyanya dipandang sebagai tantangan yang harus
diatasi, dicari pemecahannya.
H. Lingkungan Kerja
Lingkunngan kerja
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan dan yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankannya.
Jadi di sini
lingkungan kerja merupakan faktor yang penting dan besar pengaruhnya bagi
perusahaan yang bersangkutan. Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja adalah:
- Faktor musik, musik ini perlu diberikan setiap ruangan agar menimbulkan suasana yang menyenangkan.
- Pertukaran udara, agar setiap ruangan diberi ventilasi yang cukup supaya karyawan merasa betah bekerja.
- Penerangan yang cukup, untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian maka diperlukan penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan.
- Kebisingan, apabila lingkungan kerja ramai dapat mengganggu konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaannya.
Mengenai lingkungan tempat bekerja ini menurut Prof.
Dardji Darmodiharjo, SH perlu
diperhatikan 5 K yaitu:
-
Keamanan
-
Kebersihan
-
Ketertiban
-
Keindahan, dan
-
Kekeluargaan
Sedangkan menurut Ismail Saleh, SH perlu diperhatikan 4
K, yaitu:
-
Keterpaduan
-
Kebersamaan
-
Keterbukaan, dan
-
Keakraban
Dari pengalaman-pengalaman ini, maka terciptalah suatu pedoman
bekerja yang efisien, yaitu: (Ibid)
- Bekerja menurut rencana
- Menyusun rangkaian pekerjaan menurut urutan yang tepat
- Biasakanlah memulai dan menyelesaikan pekerjaan dengan seketika
- Jangan melakukan pekerjaan yang semacam
- Merubah pekerjaan rutin atau pekerjaan yang memakai otak menjadi pekerjaan otomatis
- Pakailah tangan untuk bekerja tanpa bantuan mata
- Pembuatan tempat untuk benda-benda yang diperlukan
- Menyimpan benda-benda yang betul-betul diperlukan
- Biasakanlah membuat keputusan seketika
- Pergunakanlah catatan untuk membantu otak
- Biasakanlah melimpahkan sebagian tugas dan wewenang kepada pegawai bawahan.
I. Keselamatan Kerja
Bekerja adalah sesuatu yang
manusiawi. Malah sesungguhnya, bekerja
memanusiakan manusia. Sehingga seorang
manusia yang tidak bekerja, sebenarnya menjadi tidak lengkap kemanusiaannya.
Manusia bekerja
tidak saja untuk mendapatkan penghasilan yang minimal layak untuk menghidupi
dirinya sendiri dan keluarganya. Tetapi
juga untuk memenuhi tuntutan kemanusiaannya, bahkan untuk memuliakan pribadinya
sebagai manusia. Karena itu, seorang
pengganggur selalu menderita. Tidak saja karena ia tidak memperoleh
penghasilan, tetapi juga karena dalam lubuk hatinya ia merasa seperti “ tidak
dimanusiakan” tidak dianggap berguna bagi masyarakat.
Tetapi itu tidaklah
berarti, bahwa seorang manusia yang kodratnya memang memerlukan bekerja. Lantas boleh diperlakukan sekehendaknya
sendiri oleh pihak-pihak yang bisa menyediakan lapangan kerja. Pihak pemberi kerja pun berkewajiban
menghormati harkat martabat para pekerjanya sebagai manusia. Dan ini berarti, memberi imbalan yang sesuai
dengan kemampuan profesionalnya, dan memperlakukannya secara manusiawi.
Termasuk juga
tuntutan dari “perlakuan manusiawi” itu ialah, menciptakan lingkungan kerja dan
pengadaan sarana-sarana kerja yang dapat menjamin keselamatan serta kesehatan
para pekerja. Tetapi tersedianya
lingkungan kerja dan sarana-sarana kerja yang memadai itu mesti dibarengi pula
dengan kesediaan para pekerja sendiri untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kerja
yang berlaku, khususnya ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan penggunaan
sarana-sarana kerja.
Dilanggarnya
ketentuan-ketentuan itu dapat menyempatkan pekerja terganggu kesehatannya atau
malah tertimpa kecelakaan, walaupun sarana-sarana kerja yang disediakan sebenarnya
sudah memadai. Kalau seorang juru las
misalnya, tidak mau menggunakan “kacamata pelindung” yang sudah disediakan, ia
tidak saja dapat terluka matanya, tetapi malah dapat menjadi buta.
Pekerja yang melakukan pekerjaannya, pada hakikatnya tidak hanya sekedar
untuk memperoleh imbalan atau tidak menganggur, akan tetapi juga memenuhi
kebutuhan psikologis, misalnya pekerjaan yang ditekuni sama sekali tidak
disukainya. Ketidak cocokan antara
keinginan dan kenyataan seringkali disebabkan oleh lowongan yang ada kebetulan
kurang sesuai dengan minat atau keinginannya.
Penyebab kecelakaan
sering sangat kompleks dan umumnya berkaitan satu dengan lainnya. Berbagai teori pernah dikemukakan, misalnya:
- Teori Tiga Faktor
Penyebab kecelakaan kerja seperti:
- Peralatan teknis
- Lingkungan kerja
- Pekerja itu sendiri
- Teori Dua Faktor
Yang membedakan dua golongan kecelakaan yakni:
- Karena tindakan yang berbahaya, dan
- Kondisi kerja yang membahayakan
- Teori H.W. Heinrich (1930) rangkaian faktor penyebab kecelakaan yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Dikenal sebagai teori Domino
Menganggap faktor asal-usul seseorang dan lingkungan
sosialnya akan mempengaruhi sikap serta prilaku dalam melakukan pekerjaan. Ditambah faktor luar lainnya seperti, bahaya
lingkungan kerja dan peralatan mekanik, mengakibatkan suatu kecelakaan kerja
beserta seluruh akibatnya. Teori
tersebut sekaligus memperluas prinsip penerapan keselamatan kerja. Bahwa upaya yang perlu dilakukan tidak
sekedar memperbaiki suatu “unsafe condition”, tetapi juga mengoreksi tindakan
manusia yang berbahaya “unsafe action”
- Teori Frank E. Bird dan Peterson (1970)
Menurut dua ahli keselamatan kerja tersebut, sebab utama
kecelakaan adalah akibat ketimpangan system manajemen, sedangkan unsafe
condition dan unsafe action, hakikatnya merupakan gejala saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar